Gigi Bungsu Kapan Saatnya harus di Angkat, Kapan Harus Dipertahankan?

drg. Ika Ratna Maulani, SpBM

Mempunyai Gigi Bungsu yang tumbuh secara tidak sempurna akan menjadi dilema bagi sebagian orang, apalagi jika pertumbuhannya terhambat dan masih tertanam di dalam tulang  dan gusi. Tentunya ada banyak pertanyaan mengenai masalah tersebut yang membuat kita khawatir karena ketidaktahuan mengenai Gigi Bungsu.

 

Apakah Gigi Bungsu itu?

Dalam bahasa medis, Gigi Bungsu disebut molar tiga, yang memang tumbuh (erupsi) pada saat usia akhir belasan sampai awal 20an, umumnya 18-21 tahun. Seringkali dikarenakan ruang untuk tumbuh Gigi Bungsu kurang mencukupi, Gigi Bungsu tumbuh hanya sebagian, atau bahkan tidak tumbuh sama sekali (terpendam). Keadaan ini juga seringkali diikuti dengan posisi yang tidak normal seperti Gigi lainnya, alias miring. Gigi Bungsu yang sebagian tumbuh atau tidak tumbuh ini disebut gigi impaksi.

Gigi Bungsu yang impaksi ini seringkali menimbulkan berbagai macam keluhan, misalnya sakit pada gigi tersebut, bengkak pada gusi dan rahang, sakit kepala, dan lain lain. Dokter gigi membutuhkan bantuan pemeriksaan radiologi untuk melihat akar dari Gigi Bungsu Impaksi, untuk melihat kedalaman, kemiringan, bahkan bila ada kelainan disekitar akar gigi bungsu impaksi tersebut.

 

Kapan Gigi Bungsu dipertahankan? Kapan Gigi Bungsu harus diangkat?

Gigi Bungsu yang tumbuh sempurna tidak akan menimbulkan keluhan, karena itu patut dipertahankan. Namun bila tidak sempurna, akan berpotensi menimbulkan masalah, sehingga menjadi indikasi untuk dilakukan pengangkatan. Seringkali, karena ketidak tahuan seseorang, atau karena rasa takut akan prosedur pengangkatan Gigi Bungsu, ia akan datang ke dokter gigi bila sudah ada keluhan yang sudah sangat mengganggu.

 

Ada berbagai macam masalah yang bisa diakibatkan oleh Gigi Bungsu yang Impaksi, diantaranya :

  1. Menyebabkan Gigi Bungsu (molar 3) dan gigi disebelahnya (molar 2) berlubang, dan sakit. Ini biasanya dikarenakan posisi Gigi Bungsu yang arah tumbuhnya miring, sehingga menyebabkan hubungan dengan gigi sebelahnya tidak baik, akibatnya akan membuat makanan mudah terselip dan sulit dibersihkan. Keadaan ini lama kelamaan akan menyebabkan timbulnya lubang yang tidak terlihat pada awalnya dan makin membesar hingga tiba – tiba menimbulkan rasa sakit.
  2. Peradangan gusi di sekitar gigi bungsu, akibat terselipnya sisa makanan yang terjebak di bawah gusi gigi tersebut. Keadaan ini yang berulang dan lama akhirnya menyebabkan gusi meradang dan sakit.
  3. Abses (nanah) pada gusi di sekitar Gigi Bungsu, yang diakibatkan proses infeksi (nomer 1 dan 2) berlanjut, tanpa ada penanganan yang tepat . Hal ini bila berlanjut bisa menyebabkan abses membesar hingga pipi penderita tampak besar dan sakit. Bila dibiarkan lebih lanjut dapat berakibat fatal hingga membahayakan jiwa.
  4. Rasa sakit. Sakit akibat gigi bungsu yang impaksi sangat beragam. Dapat berupa rasa sakit yang sifatnya terlokalisir, biasanya disekitar gigi atau bahkan gigi bungsu itu sendiri. Namun bisa juga meluas dan tidak jelas sumbernya, seperti sakit kepala, sakit pada leher, bahkan punggung.
  5. Kista dan tumor. Ada sebagian kecil kasus gigi bungsu yang impaksi berkembang menjadi kista atau bahkan tumor, biasanya ini terjadi pada gigi bungsu yang impaksi secara keseluruhan. Namun ini tidak berarti semua kasus gigi bungsu impaksi akan menjadi kista/ tumor.
  6. Mengganggu kestabilan hasil perawatan ortodontik (kawat gigi). Gigi bungsu impaksi, terutama yang posisinya miring, cenderung melakukan “gerakan mendorong” dalam usaha alami mereka untuk tumbuh, sehingga akan mengganggu hasil perawatan kawat gigi yang sudah lama dilakukan.

|| HOTLINE DRG IKA RATNA SPBM WHATSAPP 08119141419

Prosedur pengangkatan Gigi Bungsu yang impaksi  disebut Odontektomi, yang merupakan prosedur bedah minor. Dapat dilakukan dengan anestesi lokal maupun anestesi umum, hal ini ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan kasus maupun keadaan kesehatan umum penderita. Seringkali penderita merasakan rasa takut yang berlebihan, dikarenakan istilah bedah itu sendiri sudah cukup membuat seseorang kawatir. Sedangkan prosedur ini sebenarnya hampir menyerupai pencabutan gigi biasa, hanya diperlukan pembukaan gusi sedikit, pembuangan sedikit tulang yang menutupi gigi dan pembelahan Gigi Bungsu yang mau diangkat untuk mempermudah prosedur, dan tentu saja gusi akan dijahit agar tidak ada perdarahan sesudahnya dan proses penyembuhan lebih cepat. Seluruh prosedur ini tidak menimbulkan sakit saat tindakan karena sudah dilakukan pemberian anestesi lokal (penyuntikan obat bius) sebelumnya, dan rasa sakit setelah prosedur akan ditekan dengan meminum obat analgesik (anti nyeri) yang diresepkan oleh dokter gigi.

Tentu saja pada setiap tindakan bedah selalu ada resiko terjadinya komplikasi, begitu juga dengan Odontektomi. Namun tidak perlu dikawatirkan, karena hal tersebut tergantung kepada tingkat kesulitan kasus yang sudah dapat diprediksi oleh dokter gigi sebelum dilakukan tindakan. Dokter gigi akan menyesuaikan tehnik odontektomi dengan tingkat kesulitan kasus untuk menekan resiko terjadinya komplikasi. Kalaupun komplikasi tidak bisa dihindarkan, sudah ada prosedur penanganan komplikasi yang disiapkan.

 

Apakah semua dokter gigi dapat melakukan prosedur Odontektomi? Ini adalah pertanyaan yang sering diajukan. Di setiap pusat pendidikan kedokteran gigi, prosedur Odontektomi merupakan salah satu tindakan yang wajib dilakukan oleh calon dokter gigi, namun dibatasi hanya pada kasus yang ringan. Hal ini dikarenakan resiko komplikasi yang semakin tinggi pada kasus dengan kesulitan sedang maupun tinggi, dan kebutuhan kelengkapan bahan serta alat operasi yang berbeda dengan kasus ringan. Sehingga pada kasus yang tingkat kesulitannya sedang atau tinggi, hendaknya dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut. Dokter gigi spesialis Bedah Mulut adalah dokter gigi yang sudah menjalani pendidikan lanjutan setelah ia menjadi dokter gigi, mempelajari banyak hal yang berkaitan dengan pembedahan di area rahang, rongga mulut dan wajah.

 

Tingkat kesulitan dari kasus Gigi Bungsu Impaksi ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinis, yaitu dokter gigi melihat secara langsung kondisi gigi tersebut di dalam mulut penderita, dan pemeriksaan radiologi, yaitu panoramik. Pada gambaran radiologi panoramik tersebut, akan terlihat jelas bentuk akar, arah pertumbuhan, posisi dan organ-organ yang terkait dengan gigi bungsu, bahkan kelainan yang terdapat akibat gigi bungsu. Bila sudah mengetahui tingkat kesulitan barulah dokter gigi memutuskan siapa yang akan melakukan Odontektomi, ia sendiri, atau rekan spesialis bedah mulut.

 

Seperti pepatah lama yang mengatakan “lebih baik mencegah daripada mengobati”, kasus gi Gigi Bungsu impaksi juga lebih baik diangkat sebelum menimbulkan masalah. Odontektomi di usia muda (sebelum 30 tahun) juga lebih memudahkan bagi operator (dokter gigi/ spesialis bedah mulut) dibanding dengan usia lebih dari 30 tahun, karena penulangan yang semakin padat di sekitar gigi bungsu seiring dengan bertambahnya usia, dan proses penyembuhan yang lebih cepat pada usia muda. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi merupakan hal yang paling tepat dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan rongga mulut anda.