Bagian 3
DESCENDING NECROTIZING MEDIASTINITIS
Ika Ratna Maulani, drg, SpBM
Laboratorium Bedah Mulut FKG Univ.Prof.Dr.Moestopo (Beragama), Jakarta
Etiologi
Infeksi odontogenik sebagai penyebab descending necrotizing mediastinitis yang dilaporkan mencapai 60%-70% kasus (Karnath, 2003), 40%-60% (tabel 1) (Cirino, 2006).
Faktor resiko terjadinya descending necrotizing mediastinitis : (Cirino, 2006)
- Diabetes mellitus
- Alkoholisme
- Neoplasma
- Radionekrosis
- Usia > 70 tahun
- Oral hygiene buruk
- Malnutrisi
Mikrobiologi
Menurut Carey (2002), bakteri penyebab mediastinitis adalah fakultatif yaitu spesies Streptacoccus dan aerob seperti spesies Bacteroides. Organisme lainnya adalah Pseudomonas aeruginosa, spesies Fusobacterium, Peptostreptococcus dan Staphylococcus yaitu aureus dan epidermidis sebanyak 70-80% kasus (Dacey, 2003). Juga dilaporkan disebabkan oleh bakteri Eikenella corrodens, spesies Prevotella, Haemophilus, dan Salmonella (Brandler, 2008).
Suatu penelitian retrospektif melaporkan, dari 17 penderita mediastinitis, 41% terdiri dari flora aerob-anaerob, 41% flora anaerob, dan 18% flora aerob yang kulturnya diambil dari abses. Kebanyakan organism aerob ditemukan pada infeksi post operasi, sedangkan kebanyakan organism anaerob ditemukan pada perforasi esophagus, infeksi odontogenik serta infeksi daerah kepala dan leher. Organisme yang paling umum ditemukan pada mediastinitis adalah Hemolytic Streptococci dan Bacteroides (Karnath, 2003).
Patofisiologi Mediastinitis
Infeksi gigi dapat menyebar ke jaringan lunak rongga mulut atau kutaneus dan dapat pula menyebar hingga ke ruang leher bagian dalam (Topazian, 2002) (table 2). Ruang-ruang daerah leher yang memungkinkan penyebaran infeksi ke mediastinum dimulai dari spasium parafaringeal, masuk ke spasium retrofaringeal, spasium prevertebral, danger space, dan masuk ke mediastinum (Peterson, 2003).
Resiko yang paling membahayakan dari infeksi retrofaringeal adalah penyebaran infeksi ke spasium prevertebral. Hal ini mudah terjadi karena spasium prevertebral dan spasium retrofaringeal hanya dipisahkan oleh lapisan tipis fasia prevertebral, sehingga lapisan ini mudah perforasi (Peterson, 2003).
Seperti telah dijelaskan pada anatomi sebelumnya, fasia leher dibagi menjadi 3 lapisan, yang pada akhirnya membagi leher menjadi 3 jalur utama infeksi orofaringeal dapat mencapai mediastinum, yaitu lapisan pretrakea/ superfisial, viseral dan prevertebra. Berdasarkan lapisan-lapisan tersebut, ada 3 jalur utama untuk penyebaran infeksi orofaringeal menjadi mediastinum (Gambar 3), yaitu :
- Jalur Pretrakea : berawal dari anterior trakea, berakhir di mediastinum anterior (carina)
- Jalur Laterofaringeal (spasia perivaskular) : berawal dari basis kranii, meluas sampai lengkung aorta, berakhir di mediastinum media.
- Jalur Retrofaringeal (spasia prevertebra/ retroviseral) : berlokasi di antara esophagus dan tulang belakang, mulai dari C6 sampai T1. Jalur ini dapat mencapai danger space sehingga prognosisnya paling buruk.
Gambar 3 : Spasia-spasia leher dan arah penyebaran infeksi ke mediastinum dilihat dari lateral
(Karnath,2003 ; Peterson, 2003)
Sekitar 70% kasus descending necrotizing mediastinitis melalui jalur retrofaringeal, dan 8% melalui jalur pretrakea. Sisanya melalui jalur perivaskular, dan pada jalur ini seringkali diikuti dengan perdarahan arterial (Cirino, 2006).
Infeksi odontogenik yang paling sering menyebabkan mediastinitis adalah flegmon yang infeksinya bisa menyebar ke spasium-spasium di leher. Flegmon adalah infeksi yang mengenai spasia submandibula, sublingual, dan submentale. Gigi yang paling sering sebagai sumber infeksi pada spasia submandibula adalah gigi molar bawah. Dari spasia ini penyebaran infeksi bisa menuju ruang submandibular kontralateral, ke ruang pterigomandibular, parafaringeal dan ruang fasial pada leher. Infeksi dari gigi premolar dan anterior bawah dapat menyerang spasia sublingual. Infeksi spasia sublingual bisa meluas dengan mudah ke dalam spasia submandibular dan parafaringeal. Spasia submental sering terkena perluasan infeksi dari gigi insisivus bawah (Pederson, 1996) (gambar 4).
Secara ringkas, abses faringeal dapat menuju spasia retrofaringeal hingga mencapai mediastinum posterior, sedangkan abses submental dan submandibula dapat mencapai mediastinum anterior (Cirino, 2006).
Tabel 2. Spasia fasialis yang berhubungan dengan infeksi odontogenik (Peterson, 2003)
Gambar 4.A. Spasia-spasia ramus mandibula dibatasi oleh m.masseter, m.pterygoid medialis, fasia temporalis dan tulang tengkorak. 6.B. Kemungkinan-kemungkinan arah penyebaran infeksi yang berasal dari gigi posterior mandibula dan maksila (Peterson, 2003)
Bersambung ke…
Descending Necrotizing Mediastinitis Bagian Empat